“Gong Xi… Gong Xi…Xin Nian Kuai Le”
Di awal bulan kemarin, orang –orang TiongHoa baru saja merayakan Hari Raya Tahun Baru Imlek (Chinese New Year), hari yang sangat penting bagi masyarakat Tionghoa. Di Indonesia pun, saya dan keluarga masih merayakannya namun dengan sederhana saja. Kami menjadikan momen hari raya Imlek ini untuk berkumpul dengan keluarga inti untuk saling bersilahturahmi. Tradisi ini dinamakan "BaiNian [拜年]", biasanya dilakukan pada hari pertama Imlek.
Namun di masa pandemik ini, karena tidak memungkinkan untuk bertatap muka langsung maka kami melakukannya melalui telepon ataupun video call. Salah satu momen yang juga sangat ditunggu-tunggu adalah malam sebelum hari raya Imlek yang biasa disebut SanShiWan(Malam terakhir tanggal 30) dimana seluruh keluarga berkumpul di rumah untuk bersama sama menikmati hidangan yang sudah dipersiapkan sebelumnya (disebut juga "NianYeFan[年夜饭]"). Nah Kali ini saya mau sharing nih bagaimana sih asal usul Hari raya Imlek ini di negeri Tiongkok sendiri,
Bagi masyarakat Tionghoa di seluruh dunia hari raya Imlek adalah salah satu hari yang sangat penting, di Tiongkok sendiri biasanya mereka akan libur selama kurang lebih seminggu untuk merayakan tahun baru imlek ini dan suasana Imlek akan berlangsung selama kurang lebih 15 hari kedepan yaitu hingga perayaan festival yang disebuh dengan "YuanXiaoJie [元宵节]" yang artinya adalah malam dengan bulan purnama pertama dalam tahun yang baru, dan di Indonesia dikenal dengan istilah CapGoMeh.
Sejarah Hari Raya Imlek
Dalam bahasa mandarin Tahun baru imlek biasanya di sebut "ChunJie [春节]" atau "GuoNian(过年)", secara harfiah, ChunJie artinya adalah festival musim semi, yaitu perayaan untuk merayakan berakhirnya musim dingin dan mulai memasuki musim semi menurut penanggalan kalender Lunar Tiongkok sedangkan GuoNian artinya adalah melewati tahun, dimana tahun yang lama sudah berakhir dan tahun yang baru akan dimulai.
Sejarahnya, dahulu kala disebuah desa pada saat musim dingin ada sebuah monster yang bernama “Nian[年]” yang berarti “Tahun”. Pada malam hari Monster ini suka muncul dari dasar lautan ke permukaan untuk mencari makan dengan memangsa manusia sehingga warga desa yang ketakutan akhirnya meletakkan sesaji di depan rumah mereka agar keluarganya selamat dan tidak di ganggu oleh monster Nian.
Dengan berselangnya waktu, warga desa pun tahu bahwa monster Nian ini takut dengan warna merah, suara yang bising dan cahaya yang sangat terang. Sehingga untuk mengusir monster Nian , warga desa suka memakai baju warna merah serta menempelkan kertas berwarna merah di depan rumah mereka yang biasa di sebut dengan "TieChunLian[贴春联]" (menempelkan bait-bait harapan di musim semi) menyalakan petasan, serta membagikan uang keberuntungan untuk anak-anak kecil ataupun yang belum menikah. Uang ini dimasukkan ke dalam amplop berwarna merah yang sekarang di kenal sebagai “HongBao[红包]” atau Angpao, Tradisi membagikan Angpao ini juga masih dilakukan sampai sekarang untuk mendoakan anak-anak terbebas dari kesulitan dan bertambah maju di tahun yang baru.
Nah karena itulah akhirnya warna merah pun mendominasi kehidupan orang Tionghoa khususnya pada saat tahun baru Imlek karena bagi orang Tionghoa warna merah melambangkan kebahagiaan, dan tradisi-tradisi diatas pun masih berlangsung hingga saat ini bagi keluarga Tionghoa yang merayakan Tahun baru imlek
apakah ada keluarga teman-teman yang juga merayakan hari raya imlek ? Penasaran juga nih apa saja yang menjadi tradisi keluarga temen-temen, yuk share di kolom komentar.
Post a Comment
Post a Comment